Selasa, 29 Maret 2016

Biografi Pengusaha

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJOrrSDTAsnVYhfUD7SK84aEMBHUznprT7mgtTRk_7wl2YAV5RzZkSu4QOeCHOoI7OCGyiGEyub6zM4XLzQSiu_oO0iWzpk9kiNZkrmwInCt02zhlwMoNy7OjRhEPslptI6DVktvdcRTAR/s1600/fauzan+hangriawan.PNG

Fauzan Hangriawan memang pemuda yang berani coba- coba. Sejak kecil dia telah diajarkan untuk selalu berusaha sendiri. Pria kelahiran Pontianak 27 tahun silam ini memang menjadi sosok yang doyan berbisnis. Sejak remaja, tepatnya di bangku SMP di Lampung, ia kerap membantu orang tuanya berjualan kelapa dan beras. Di SMA, dia telah memberanikan membuka usaha sendiri dari menjual sepatu, kuliner, hingga usaha percetakan, dilakoninya.

Meski tidak bertahan lama, Fauzan tetap tak kapok menggeluti bisnis baru setiap ada kesempatan. Bisa dibilang berbisnis menjadi passion nya kini hingga sukses berbisnis ikan lele. Bisnis ikan lele Sangkuriang dibawah bendera Sylva Farm Bangun Bangsa yang bisa dibilang bermodal minim. Dari modal Rp.1,5 juta, ia membeli bibit lele sendiri, membeli 1.000 bibit lele, pakan lele, dan terpal untuk pembuatan satu kolam di belakang rumah.

Bisnis yang digeluti sejak 2009 ini tidak lah berjalan sebaik seperti yang dipikirkan. Pria yang ternyata lulusan Fakultas Hukum Universitas Atmajaya, Jakarta, ini tetap menggeluti bisnisnya meski leleny lebih banyak yang mati. "Pengetahuannya saya tentang budidaya lele sangat terbatas waktu itu. Tapi, saya bertekad mencobanya," ceritanya. Ketika itu, hanya 40 persen bibit lele yang mampu bertahan di awal percobaan. Meski begitu, selang tiga bulan, Fauzan berhasil menikmati hasil panen seberat 40 kg  lele.

Kali ini sukses pembibitan lebih baik sehingga menghasilkan untung.  Melihat hasil yang cukup menggiurkan inilah, Fauzan memutuskan terus menggeluti budidaya lele.

Suatu saat dia menemukan berita tentang lele Sangkuriang. Menurutnya, kala itu, varietas lele Sangkuriang merupakan varietas terbaik. Bahkan, hasil riset pemerintah yang ia pernah baca telah menyebutkan, masa panen jenis lele ini lebih cepat, yakni hanya dua bulan saja. Daya tahan terhadap berbagai penyakit dan perubahan suhu pun lebih baik dibandingkan jenis lain, seperti lele dumbo.
Sukses dari hobi

Ternyata kisah sukses berternak ikan lele itu karena memang sudah jadi hobi. Bagi Fauzan beternak ikan air tawar bukanlah yang pertama, meski pertama untuk ikan lele. Dia sudah senang membudidaya ikan- ikan air tawar hingga melihat propsek dari ikan lele. Meskipun telah banyak yang terjun di bisnis budidaya ikan lele, permintaan itu terus tumbuh. Jadilah Fauzan semakin gemas untuk memulai bisnis ini sendiri.

Tak puas akan hasil yang lebih banyak gagal membuatnya menyempatkan diri berguru kepada orang lain. Tepat di November 2009, ia bertemu Nasrudin, seorang pembudidaya lele Sangkuriang di Bogor. Nah, dari dia lah, Fauzan mencetak untung lebih besar dengan leleng Sangkuriang. Agar lebih mahir memelihara jenis lele ini, dia belajar langsung dari pusat lele Sangkuriang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar, Sukabumi.

Ia mendapatkan banyak hal dari sini. Yang tadinya hanya sekedar hobi, kini sudut pendangnya jadi lebih luas. Kini ia memandang apa yang dikerjakan bukan sekedar hobi tapi bisnis. Fauzan belajar memperhatikan betul berbagai hal seperti siklus panen lele Sangkuriang. Ia menjelaskan masa panen Sangkuriang lebih cepat dua bulan dibading lele biasa yang tiga bulan. Untuk meningkatkan kepercayaan dibangunlah Sylva Farm Bangun Bangsa yang mempekerjakan masyarakat sekitar lingkungannya.

Dia tak pelit berbagi ilmu mengenai cara budidaya lele kepada setiap pembeli. "Saya berpikir, setiap orang yang beli benih lele dari saya, harus bisa membudidayakannya sampai panen," ujarnya. Seiring berjalannya waktu, cara pemasaran juga dibuat lebih rapih. Fauzan menjual benih lewat internet dan pameran-pameran wirausaha. Dia pun mengaku, tampil di media massa menjadi salah satu cara pemasaran yang ampuh untuk menggenjot penjualan.
Hambatan bisnis

Kendala terbesar dalam usaha budidaya lele ialah membangun kolam. Fauzan pernah mengalami kekurangan lahan untuk kolam. Maklum saja, tanah kosong di Jakarta memang sulit ditemukan. Maka untuk mengakali hal itu diboyongnya bisnis ke Bogor. Meski cukup jauh dari kediamana, di tempat tersebut masih lebih luas kesempatan untuk berkembang. Kesulitan lainnya yang kerap dialami adalah kondisi cuaca.

Pria 26 tahun ini bilang, perubahan suhu atau cuaca yang kerap tak menentu sehingga merepotkan. Misalnya, saat musim hujan, air hujan membawa kandungan asam. Ketika air hujan dengan derajat keasaman cukup tinggi itu jatuh ke kolam lele,  tingkat keasaman alias pH air pun akan berubah. "Standar keasaman pH air untuk kolam lele itu harus 6 - 8, tapi saat hujan turun, pH-nya bisa turun ke level 5. Ini bisa mengakibatkan kematian pada lele," bebernya.

Kendala lainnya, yaitu karakter pembudidaya. Menurut Fauzan, tidak semua petani punya perhatian khusus pada lele yang dipeliharanya. Perlu diketahui ia tidak lah bekerja sendiri. Dia mengajak kerja sama 30 orang pembudidaya dari Jakarta dan Bogor. "Tentu menjadi masalah jika harus menjaga kualitas kesemuanya dimana setiap pembudidaya punya karakter berbeda. Ini tantangan bagi saya, mengubah petani menjadi pebudidaya yang memiliki rasa kasih sayang terhadap lele sebagai makhluk hidup," ucapnya.

Kini, dalam sebulan, Sylva Farm bisa memproduksi 600.000 ekor bibit lele. Harga bibit ditentukan berdasar ukuran. Misal, bibit berukuran 5-6 centimeter (cm) dibanderol Rp 160 per bibit. Sementara, bibit ukuran 7-8 cm dijual Rp 200 per bibit. Tak hanya itu, saban hari, Fauzan juga memproduksi 3- 4 kuintal lele berukuran siap konsumsi seharga Rp 17.000 per kilogram. Jadi, saban bulan, dia bisa mengantongi omzet sekitar Rp 200 juta.

Pelanggannya tak hanya tersebar di wilayah Indonesia, tapi juga dari Bangladesh dan Malaysia. Di tahun 2009 saja, Fauzan telah menghasilkan omzet ratusan juta rupiah dari budidaya lele. Bisnis lelenya terbilang lancar karena kebutuhan pasar yang tinggi. Lewat pola kemitraan, ia mencoba membantu secara aspek sosial dan berhasil. Dibawah binaan Fauzan, para pembudidaya lele jadi lebih bersemangat serta lebih mudah menjual panennya.

Ia yang melek teknologi lebih memahami cara terbaik untuk memasarkan lele hasil produksi mitra. Fauzan menjelaskan, sebelum menjadi pembudidaya lele, mitra binaan adalah mereka para petani palawija. "Saya senang bisa berbagi pada mereka," tuturnya. Hingga saat ini, Fauzan rajin melakukan pendampingan usaha kepada para petani binaannya itu. Belakangan ini, ia menyosialisasikan penggunaan teknologi bioflok yang selama ini lebih populer untuk budidaya udang.

Bicara tentang ekspansi ia telah memikirkan banyak hal termasuk mencoba meningkatkan hasi produksi lelenya. Ke depan, ia telah merencanakan produksi lelenya, termasuk milik mitra binaan bisa mencapai lima hingga 10 ton per hari. Bila produksi lele sudah berhasil digenjot dalam jumlah itu, Fauzan  berniat ekspansi olahan produk lele. Salah satu komoditas olahan lele yang kini diliriknya adalah sarden lele.

Ia tertarik lantaran produk olahan lele belum pernah ada di pasaran Indonesia. Sementara permintaan dari luar negeri justru cukup tinggi, tinggal menunggu realisasi saja. "Kami sudah punya peminat di Taiwan," ucapnya. Rencana ini akan dimatangkan hingga terealisasi dalam waktu dua hingga tiga tahun mendatang. Untuk mendukung rencana ekspansinya itu, Fauzan pun gencar menggandeng petani sebagai mitra binaan. "Saya mau fokuskan produksi di Bogor, sementara Jakarta pemasaran," ujarnya.



Rabu, 23 Maret 2016

Lokasi Wisata di Puncak


Beberapa Lokasi Wisata Yang Pernah Saya Kunjungi Puncak
MAR
Tugas kewananegaraan atau softskill saya disuruh untuk menceritakan tempat favorit yang pernah saya kunjungi , dan tidak harus sering dikunjungi namun sebuah tempat itu ketika saya kunjungi  sejak pertama kali saya sudah  merasa nyaman dengan tempat tersebut. Baiklah saya akan mulai bercerita tentang tempat yang sekali saya berkunjung saya sudah merasa nyaman adalah tempat wisata taman bunga dikawasan cipanas-puncak.
pertama kali saya berkunjung kesana pada tanggal 27,28 dan 29 september 2015, untuk menuju kesana saya menggunakan mobil seorang teman perjalan kira-kira5 jam.
Begitu sampai depan gerbang pemandangan yang indah sudah terlihat , berbagai macam bunga warna-warni menghiasi perjalan kedalam taman bunga tersebut yang sekaligus terdapat villa didalamnya., walau saya tidak tahu apa saja nama bunga tersebut namun bagi saya bunga tersebut menghilangkan rasa lelah saya selama perjalanan dari Jakarta samapi puncak.
Setelah melewati  berbagai tanaman akhirnya saya samapi di villa yang akan saya temapati , karena sudah malam hari jika dari bawah pemandangan tidak begitu terlihat , kemudian saya naik keatas dan melihat pemandangan dari balkon , lewat balkon lah saya melihat berbagai pemandangan indah seperti : tumbuhan yang dikelilingi lampu malam hari ,gunung yang dihiasi langit malam, dan terlihat juga kunang-kunang semua keindahan tersebut tambah terlengkapi  dengan udara malam yang sangat dingin.
Pagi menjelang, keindahan terlihat begitu jelas  dan sayapun tidak perlu  naik keatas balkon , ketika keluar dari villa tersebut saya langsung disuguhi berbagai  hal yang menarik saya untuk melihatnya tepat disebelah kiri ketika keluar vila terdapat warna-warni bunga, berbagai bentuk pepohonan yang berada dikanan dan kiri  sedangkan di tengah nya terdapat air mancur lalu  dibelakang semua itu terdapat  2 buah gunung .
Udara yang sejuk, tempat yang bersih , jauh dari kebisingan  membuat tempat itu benar-benar nyaman.
Selain bunga-bunga,tanaman ,air mancur, gunung,rerumputan disitu juga terdapat sebuah tempat yang bisa dipakai untuk berenang , tetapi untuk akses kedalam nya dibutuhkan biaya sebesar kira-kira 15-20 ribu . Didalam nya terdapat pula tempat untuk berjemur, kolam renang khusus anak-anak  yang terdapat maiannya.
Cukup sekian saya menceritakan tempat favorit yang pernah saya kunjungi. Walau sedikit agak lupa dimana persis letak tempatnya tetapi keindahan pemandangan disana sulit terlupakan. Intinya sebuah tempat akan menjadi nyaman ketika tempat itu bersih dengan suasana yang baik. Dan suasana yang baik itu kita sendiri lah yang membuatnya.

Rabu, 09 Maret 2016

Bagaimana kondisi perekonomian indonesia 5 tahun terakhir?


Bagaimana kondisi perekonomian indonesia 5 tahun terakhir?

Akibat melemahnya pertumbuhan investasi dan ekspor, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 5,2 persen, sedikit di bawah proyeksi Bank Dunia yang dirilis Juli 2014 lalu, yaitu sebesar 5,6 persen.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan mencapai 5,1 persen, lebih rendah dari 5,2 persen yang sebelumnya diperkirakan. Demikian terungkap pada laporan Indonesia Economic Quarterly, edisi Desember 2014, yang dikeluarkan Bank Dunia, berjudul Membawa Perubahan.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat mengakibatkan turunnya harga-harga sejumlah komoditas Indonesia, selain juga memperkecil hadirnya peluang-peluang baru. Namun estimasi pertumbuhan yang mengecil ini dapat berbalik arah, bila investasi melampaui harapan pada tahun 2015.

"Pembelanjaan pasar domestik di Indonesia yang bertahan tinggi terus menopang pertumbuhan. Jika Indonesia memperkuat fondasi ekonomi yang lain dan memperkuat iklim investasi, Indonesia dapat mendorong kembali laju pertumbuhan yang lebih tinggi dan lebih pesat,” kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves di Jakarta.

Namun banyak tantangan lain yang harus dihadapi. Misalnya, sampai akhir bulan Oktober, penyerapan belanja modal Pemerintah (capital expenditure) hanya 38 persen dari persiapan pendanaan untuk tahun 2014 -- jauh di bawah angka pada tahun 2012 dan 2013 untuk periode yang sama.

Defisit neraca berjalan berkurang, namun sedikit, yakni di angka USD 6,8 milyar atau 3,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan ketiga tahun ini. Penurunan secara bertahap diperkirakan akan terus berlangsung, dan defisit neraca berjalan diperkirakan mencapai 2,8 persen pada tahun 2015

Penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memberi dampak kepada inflasi, namun dampak tersebut bersifat sementara. Inflasi diperkirakan akan mencapai 7,5 persen pada tahun 2015, dan menurun pesat sebelum akhir tahun 2015, bila tidak ada gejolak lain.

Penghematan fiskal berjumlah lebih dari Rp100 Triliun dari penyesuaian harga BBM kini memberikan ruang kepada Pemerintah untuk menambah belanja publik bagi sektor-sektor yang prioritas, seperti pelayanan kesehatan. Indonesia  menghabiskan hanya 1,2 persen dari PDB untuk pelayanan kesehatan; salah satu alokasi kesehatan terendah bila dibandingkan negara-negara lain di dunia.

"Pembelanjaan yang lebih baik, termasuk untuk pelayanan kesehatan dan program-program perlindungan sosial, dapat mempercepat upaya pengentasan kemiskinan yang telah melambat beberapa tahun terakhir. Tanpa dukungan tambahan ini terhadap upaya pengentasan kemiskinan, tingkat kemiskinan di Indonesia - yang kini 11,3 persen - akan tetap berada di atas 8 persen pada 2018 sekalipun," kata Ndiame Diop, Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia. 

Perekonomian Indonesia tahun 2016 lebih baik ?

Sekretaris Panitia Kerja (Panja) Komisi XI DPR, M Misbakhun optimistis perekonomian Indonesia pada 2016 akan semakin baik ketimbang 2015. Optimisme itu didasari mulai stabilnya kondisi perekonomian global dan regional.

Misbakhun mengatakan, perekonomian Indonesia pada 2015 yang sempat diprediksikan akan anjlok ternyata tak seburuk yang diperkirakan.

“Capaian kondisi ekonomi nasionalnya bagus karena Presiden Jokowi mempunyai Menteri Keuangan Bambang Brodjenegoro yang mau bekerja keras untuk menjalankan setiap detail perintah Presiden dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab,” kata Misbakhun dalam keterangan tertulisnya, Selasa (5/1/2015).

Oleh karena itu, Misbakhun meyakini perekonomian Indonesia pada 2016 akan lebih memberikan harapan karena sudah terjadi stabilisasi ekonomi nasional setelah terkena imbas pelambatan ekonomi global dan regional.

Anggota Badan Anggaran DPR itu juga meyakini target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 sampai 5,5 persen akan bisa dicapai.

Terlebih, di tengah memburuknya perekonomian 2015, pemerintah masih mampu menahan angka pertumbuhan di angka 4,7 sampai 4,85 persen.

Mantan pegawai Departemen Keuangan itu menjelaskan, kondisi perekonomian 2015 justru lebih baik ketimbang 2014.

Menurut dia, dengan pertumbuhan ekonomi 4,7 sampai 4,8 pada 2015, angka inflasi hanya 3,35 persen.

“Ini justru setara dengan pertumbuhan sebesar tujuh persen karena pertumbuhan yang dicapai di tahun 2015 tidak digerus oleh besaran laju inflasi. Bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yang mencapai lima persen, tetapi laju inflasinya sebesar 8,8 persen.  Akibatnya inflasi 2014 menggerogoti laju pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Misbakhun menambahkan, dari sisi kebijakan moneter, pada tahun 2016 ini sudah ada kepastian tentang tingkat suku bunga di Amerika Serikat.

Dengan demikian, lanjut dia, kondisi perekonomian secara global bisa memberikan ketenangan pada gejolak di pasar uang dan pasar modal. Menurut dia, kondisi itu akan membuat nilai tukar Rupiah lebih stabil.

“Sehingga volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS lebih bisa dijaga pada kisaran yang direncakanan di APBN 2016 sebesar Rp 13.900 per dollar AS,” tuturnya.

Namun, ia juga mengingatkan soal kendala yang masih menghadang pada 2016. Di antaranya adalah menurunnya nilai ekspor Indonesia baik dari komoditas, mineral ataupun migas.

Selain itu, harga komoditas minyak sawit (crude palm oil/CPO) dan karet yang jatuh masih menjadi masalah sehingga memengaruhi nilai ekspor dan jumlah cadangan devisa Indonesia.

“Hal yang sama terjadi pada ekspor hasil mineral kita karena pembangunan smelter belum memberikan dampak signifikan pada sumbangan nilai ekspor karena masih dalam proses pembangunan,” ujar Misbakhun.

Namun, sambung politisi Golkar itu, pemerintah bisa mengatasinya dengan memperkuat perekonomian domestik.

Menurut dia, Indonesia dengan jumlah penduduk yang mencapai 255 juta jiwa memiliki potensi besar dari sisi daya beli dan konsumsi.

“Potensi ini harus bisa dikelola dengan baik. Kemudahan investasi baru harus dipermudah sehingga banyak tercipta lapangan kerja baru,” ujar Mibakhun.

Selain itu, dibutuhkan pula sinkronisasi kebijakan sektor fiskal dan moneter untuk  mendorong pertumbuhan sektor riil.

Caranya, kata Misbakhun, pemerintah bisa mendorongnya melalui realisasi pembangunan infrastruktur di seluruh pelosok penjuruh tanah air.

“Sehingga secara regional lahir daerah dan kawasan pertumbuhan ekonomi baru yang akan memberikan kontribusi secara agregat pada pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.