Bagaimana kondisi
perekonomian indonesia 5 tahun terakhir?
Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan mencapai 5,1 persen, lebih rendah dari 5,2 persen yang sebelumnya diperkirakan. Demikian terungkap pada laporan Indonesia Economic Quarterly, edisi Desember 2014, yang dikeluarkan Bank Dunia, berjudul Membawa Perubahan.
Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat mengakibatkan turunnya harga-harga sejumlah komoditas Indonesia, selain juga memperkecil hadirnya peluang-peluang baru. Namun estimasi pertumbuhan yang mengecil ini dapat berbalik arah, bila investasi melampaui harapan pada tahun 2015.
"Pembelanjaan pasar domestik di Indonesia yang bertahan tinggi terus menopang pertumbuhan. Jika Indonesia memperkuat fondasi ekonomi yang lain dan memperkuat iklim investasi, Indonesia dapat mendorong kembali laju pertumbuhan yang lebih tinggi dan lebih pesat,” kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves di Jakarta.
Namun banyak tantangan lain yang harus dihadapi. Misalnya, sampai akhir bulan Oktober, penyerapan belanja modal Pemerintah (capital expenditure) hanya 38 persen dari persiapan pendanaan untuk tahun 2014 -- jauh di bawah angka pada tahun 2012 dan 2013 untuk periode yang sama.
Defisit neraca berjalan berkurang, namun sedikit, yakni di angka USD 6,8 milyar atau 3,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan ketiga tahun ini. Penurunan secara bertahap diperkirakan akan terus berlangsung, dan defisit neraca berjalan diperkirakan mencapai 2,8 persen pada tahun 2015
Penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memberi dampak kepada inflasi, namun dampak tersebut bersifat sementara. Inflasi diperkirakan akan mencapai 7,5 persen pada tahun 2015, dan menurun pesat sebelum akhir tahun 2015, bila tidak ada gejolak lain.
Penghematan fiskal berjumlah lebih dari Rp100 Triliun dari penyesuaian harga BBM kini memberikan ruang kepada Pemerintah untuk menambah belanja publik bagi sektor-sektor yang prioritas, seperti pelayanan kesehatan. Indonesia menghabiskan hanya 1,2 persen dari PDB untuk pelayanan kesehatan; salah satu alokasi kesehatan terendah bila dibandingkan negara-negara lain di dunia.
"Pembelanjaan yang lebih baik, termasuk untuk pelayanan kesehatan dan program-program perlindungan sosial, dapat mempercepat upaya pengentasan kemiskinan yang telah melambat beberapa tahun terakhir. Tanpa dukungan tambahan ini terhadap upaya pengentasan kemiskinan, tingkat kemiskinan di Indonesia - yang kini 11,3 persen - akan tetap berada di atas 8 persen pada 2018 sekalipun," kata Ndiame Diop, Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia.
Perekonomian Indonesia tahun 2016 lebih baik ?
Sekretaris
Panitia Kerja (Panja) Komisi XI DPR, M Misbakhun optimistis perekonomian
Indonesia pada 2016 akan semakin baik ketimbang 2015. Optimisme itu didasari
mulai stabilnya kondisi perekonomian global dan regional.
Misbakhun
mengatakan, perekonomian Indonesia pada 2015 yang sempat diprediksikan akan
anjlok ternyata tak seburuk yang diperkirakan.
“Capaian
kondisi ekonomi nasionalnya bagus karena Presiden Jokowi mempunyai Menteri
Keuangan Bambang Brodjenegoro yang mau bekerja keras untuk menjalankan setiap
detail perintah Presiden dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab,” kata
Misbakhun dalam keterangan tertulisnya, Selasa (5/1/2015).
Oleh karena
itu, Misbakhun meyakini perekonomian Indonesia pada 2016 akan lebih memberikan
harapan karena sudah terjadi stabilisasi ekonomi nasional setelah terkena imbas
pelambatan ekonomi global dan regional.
Anggota
Badan Anggaran DPR itu juga meyakini target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5
sampai 5,5 persen akan bisa dicapai.
Terlebih, di
tengah memburuknya perekonomian 2015, pemerintah masih mampu menahan angka
pertumbuhan di angka 4,7 sampai 4,85 persen.
Mantan
pegawai Departemen Keuangan itu menjelaskan, kondisi perekonomian 2015 justru
lebih baik ketimbang 2014.
Menurut dia,
dengan pertumbuhan ekonomi 4,7 sampai 4,8 pada 2015, angka inflasi hanya 3,35
persen.
“Ini justru
setara dengan pertumbuhan sebesar tujuh persen karena pertumbuhan yang dicapai
di tahun 2015 tidak digerus oleh besaran laju inflasi. Bandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yang mencapai lima persen, tetapi laju
inflasinya sebesar 8,8 persen. Akibatnya inflasi 2014 menggerogoti laju
pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Misbakhun
menambahkan, dari sisi kebijakan moneter, pada tahun 2016 ini sudah ada
kepastian tentang tingkat suku bunga di Amerika Serikat.
Dengan
demikian, lanjut dia, kondisi perekonomian secara global bisa memberikan
ketenangan pada gejolak di pasar uang dan pasar modal. Menurut dia, kondisi itu
akan membuat nilai tukar Rupiah lebih stabil.
“Sehingga
volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS lebih bisa dijaga pada kisaran yang
direncakanan di APBN 2016 sebesar Rp 13.900 per dollar AS,” tuturnya.
Namun, ia
juga mengingatkan soal kendala yang masih menghadang pada 2016. Di antaranya
adalah menurunnya nilai ekspor Indonesia baik dari komoditas, mineral ataupun
migas.
Selain itu,
harga komoditas minyak sawit (crude palm oil/CPO) dan karet yang jatuh masih
menjadi masalah sehingga memengaruhi nilai ekspor dan jumlah cadangan devisa
Indonesia.
“Hal yang
sama terjadi pada ekspor hasil mineral kita karena pembangunan smelter belum
memberikan dampak signifikan pada sumbangan nilai ekspor karena masih dalam
proses pembangunan,” ujar Misbakhun.
Namun,
sambung politisi Golkar itu, pemerintah bisa mengatasinya dengan memperkuat
perekonomian domestik.
Menurut dia,
Indonesia dengan jumlah penduduk yang mencapai 255 juta jiwa memiliki potensi
besar dari sisi daya beli dan konsumsi.
“Potensi ini
harus bisa dikelola dengan baik. Kemudahan investasi baru harus dipermudah
sehingga banyak tercipta lapangan kerja baru,” ujar Mibakhun.
Selain itu,
dibutuhkan pula sinkronisasi kebijakan sektor fiskal dan moneter untuk
mendorong pertumbuhan sektor riil.
Caranya,
kata Misbakhun, pemerintah bisa mendorongnya melalui realisasi pembangunan
infrastruktur di seluruh pelosok penjuruh tanah air.
“Sehingga
secara regional lahir daerah dan kawasan pertumbuhan ekonomi baru yang akan
memberikan kontribusi secara agregat pada pertumbuhan ekonomi nasional,”
ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar