TUGAS INDIVIDU PENGANTAR BISNIS
Nama : ROY DWIGUSTA
NPM : 26215283
Kelas : 1EB20
KENAIKAN BI RATE
I.
Pendahuluan
Bank Indonesia (BI) yang dipimpin oleh Gubernur Agus Martowadojo sudah
berkali-kali menaikkan suku bunga acuan alias BI Rate, tepatnya 6 kali sejak
menjabat Mei 2013 lalu. Bagi nasabah dan calon nasabah Kredit, langkah yang
diputuskan Bank Indonesia yang diputuskan dalam rapat dewan Gubernur (12/11),
membuat gelisah.
Seperti yang dikutip dari situs resmi BI, Selasa (12/11/2013), sebelum Agus
menjadi orang nomor satu di BI, tingkat suku bunga acuan berada di level 5,75%
bertahan cukup lama sejak Februari 2012 alias satu tahun lebih. Posisi 5,75%
merupakan level terendahnya sepanjang masa.
Keputusan kenaikan BI Rate ini didukung penuh oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.
II. Isi
Seolah tak cukup menaikkan basis poin, BI kembali menaikkan BI Rate 25
basis poin. Sejak Juni 2013, total BI Rate sudah naik 175 basis poin. Dalam
tempo enam bulan, BI Rate melinjak dari 5,75%
menjadi 7,5%.
Untuk keputusan rapat dewan gubernur yang terakhir, terjadi sedikit
pergeseran alas an. Jika semula BI beralasan untuk menjaga inflasi, kali ini
untuk mempersemmpit deficit transaksi berjalan.
Alasan yang masuk akal karena keduanya juga saling berhubungan. Secara
makro naiknya suku bunga acuan akan memperlambat perekonomian. Kredit bank akan
menurun. Kegiatan ekonomi dan produksi akan berkurang. Impor yang didominasi
bahan baku dan bahan penolong, juga berkurang.
Disisi lain suku bunga disimpanan akan naik mengikuti BI Rate. Mungkin
tidak banyak. Bisa jadi menarik masyarakat untuk menyimpan dananya di Bank
ketimbang membelanjakannya, tetapi bisa jadi tidak. Jika dihitung dengan
merosotnya nilai uang akibat inflasi yang diperkirakan 8,9% hingga akhir tahun,
bunga simpanan masihlah kalah tinggi.
Jika berbicara dari sisi yang lebih mikro, masyarakat bukan hanya akan
mengalami dampak perlambatan ekonomi. Naiknya BI Rate akan membawa rentetan dampak
terhadap keuangan rumah tangga. Bagi rumah tangga yang memiliki cicilan kredit
pemilikan rumah (KPR) atau kredit usaha kecil dan menengah (UKM), tentu terus
menghitung ulang pengeluarannya. Apalagi jika saat ini bunga kreditnya
mengambang (floating) sesuai besaran BI Rate.
Sebagai ilustrasi, untuk KPR Rp 100.000.000,- dengan jangka waktu
peminjaman 15 tahun, kenaikan BI Rate 1% saja bisa menaikkan cicilan bulanan Rp
100.000,-. Jika dihitung angkanya memang tidak besar. Namun, cukup signifikan
jika dimasukkan dalam neraca rumah tangga secara menyeluruh.
Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesi (APPI) menyebutkan naiknya suku
bunga acuan Bank Indonesia (BI) tidak berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan kendaraan baik roda dua maupun empat.
Perbankan memang tidak perlu saja menaikkan suku bunga pinjaman bisa
mendorong risiko meningkatnya kredit bermasalah. Padahal, saat ini, sebagian
besar pendapatan Bank di Indonesia masih berasal dari suku bunga kredit. Jika
kredit macet, tentu pendapatan juga berkurang.
Pilihannya, bank tidak serta-merta menaikkan suku bunga pinjaman.
Konsekuensinya, margin bank berkurang karena sudah menaikkan suku bunga
pinjaman.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendukung penuh keputusan Bank
Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuannya (BI Rate) hingga 7,5%.
Indonesia perlu stabilisasi dan memperbaiki deficit transaksi berjalan yang
terlihat sudah parah.
Dijelaskan Firmanzah (Staf Khusus Bidang Ekonomi), Indonesia perlu
stabilisasi untuk mengerucutkan deficit transaksi berjalan. Keputusan BI yang
dipimpin oleh sang Gubernur Agus Matowardojo ini, sambungnya bisa membuat
deficit berkurang.
III. Penutup
Kesimpulan
Kenaikan BI Rate, secara makro naiknya suku bunga
acuan akan memperlambat perekonomian. Kredit Bank akan menurun. Kegiatan
ekonomi dan produksi akan berkurang. Dari sisi mikro, masyarakat akan mengalami
dampak perlambatan ekonomi. Kenaikan suku bunga acuan yang ditakuti masyarakat
yang belum memiliki rumah dan yang sedang membayar cicilan rumah. Alasannya
kanaikan BI Rate dipastikan akan berdampak pada kenaikan suku bunga KPR.
IV. Daftar Pustaka
Koran Kompas, Ekonomi (Rabu, 20 November 2013)
http://finance.detik.com/read/2013/11/13/122525/2411684/5/sby-dukung-agus-marto-naikkan-bi-rate-jadi-75
Tidak ada komentar:
Posting Komentar